Thursday, September 03, 2009

Anak aku bukan Mozart, Adi Putra dan bla2...

Agar anak kita cepat hafal Quran


Selepas terawih sambil menggendong bayi saya, saya sempatkan untuk nerusin ngetik sedikit tentang uneg-uneg masalah Indonesia-Malaysia yang dari kemarin nggak selesai karna setiap buka komputer pasti anak-anakku sudah langsung nyerbu rebutan make komputer, sibuk minta nonton kartun lah,nanya ini itu lah, liat foto lah....fuyoooohh.


Sambil ngetik saya nyalain CD murotal al-Qur’an yg dilantunkan oleh suamiku, kebetulan sampai surat al-Waqiah. Zahra, anak sulungku asyik mainan boneka dibelakangku. Tiba-tiba ketika bacaan Waqi’ah sampai ke ayat kesepuluh Zahra nyeletuk membaca ayat kesebelas, “ulaikal muqorrobuun” dengan suara pelatnya. Kontan aku terkejut. Lho....dah hapal mendahului suara ayahnya...Mulutku masih menganga belum selesai terkejut Zahra dah ngeduluin dengan...“..Na’iim....” kemudian “...Waliin...”, “..Khoriin...”, “duunah...”, “Biliin...”, hafal ujung-ujungnya thok.


Fatimah el-Zahra, 2,5 tahun, memang lagi penasaran-penasaran nya liat sesuatu yang baru. Sampai saya kewalahan dan kadang jengkel dibuatnya. Saya nggak heran kalau sekarang dia dah hafal Fatihah, A-Z, one hingga twenty, wahid hingga ‘Asyrah, alih hingga ya, nama hewan dan buah-buahan. .karna memang saya ajarkan. Tapi al-Waqiah... ., saya nggak pernah ajarkan, karna saya fikir itu masih berat untuknya, saya akan ajarkan bertahap dikemudian hari.


Sekedar hafal ujung-ujung ayat surat al-Waqiah memang bukan hal yang luar biasa. Tak sehebat Annisa Rania Putri anak Banjarmasin yang 9 tahun dah menguasai 5 Bahasa sekaligus, tidak sehebat  Askrit Jaswal dari India yang menjadi mahasiswa dan dokter India termuda dalam sejarah, tak semencengangkan seperti Mozart yang telah mengcompose lagu pertamanya pada usia 5 tahun, tak seperti William James Sidis yang sudah dapat membaca pada usia 18 bulan.

 

Pengalaman ini saya tulis bukan karena saya ingin membanggakan anak sendiri, ataupun ingin mengatakan bahwa Zahra hebat. Tidak. Zahra adalah anak biasa-biasa saja lumrahnya anak kecil sebayanya. Saya hanya ingin mengatakan bahwa anak kecil ingatannya luar biasa. Jadi kita harus maksimalkan potensinya semaksimal mungkin.

 

Pasti kita sudah berkali-kali membaca artikel tentang pertumbuhan otak bayi yang begitu cepat, sehingga proses dari 0-3 tahun disebut sebagai milestones atau tonggak bersejarah dalam perkembangan anak. Dia bagaikan sponge yang akan meniru dan menyerap apa saja informasi yang dia lihat ataupun dia dengar. Sehingga para peneliti Barat menganjurkan para ibu dari mulai hamil disuruh memperdengarkan musik Mozart ataupun Beethoven untuk mencerdaskan anak. Lantunan Al-Qur’an ternyata lebih bisa merangsang perkembangan otak dibandingkan Mozart ataupun Beethoven.

 

Begitupun dengan Zahra. Pada bulan Ramadhan ini sambil mengetik saya selalu mendengarkan al-Qur’an dari komputer. Namun hanya Waqi’ah, Luqman, Sajdah dan al-Mulk yang sering saya dengarkan. Tanpa disadari, dari kebiasaan mendengarkan al-Qur’an itulah memori Zahra menangkap sedikit demi sedikit ayat-ayat dari surat-surat al-Qur’an tersebut.

 

Mari sama-sama besarkan anak kita menjadi khalifah Allah yang sukses dengan berusaha untuk mencontohkan hal yang baik kepada anak kita dan hindarkan dari pengaruh negatif yang akan menjauhkannya dari Allah. Perdengarkanlah al-Qur’an sekerap mungkin kepada anak kita. mumpung otaknya tengah berkembang pesat maka biasakanlah sejak dini untuk memupuk minat belajar dan menghafal al-Qur’an. Seperti pepatah melentur buluh biarlah dari rebungnya”. yang bermaksud dalam membesarkan anak-anak perlu diasuh dan dididik sejak dari kecil atau dalam bahasa Inggerisnya "it’s better to bend the willow when it is young". Sesungguhnya hatinya bagaikan bening mutiara yang siap menerima segala sesuatu yang mewarnainya. Jika dibiasakan dengan hal- hal yang baik, maka ia akan berkembang dengan kebaikan, sehingga orang tua dan pendidiknya ikut serta memperoleh pahala. Sebaliknya, jika ia dibiasakan dengan hal-hal buruk, maka ia akan tumbuh dengan keburukan itu. Maka orang tua dan pedidiknya juga ikut memikul dosa karenanya.Jadilah contoh muslim teladan bagi anak-anak kita.Tanamkan bibit agama agar dapat sukses dunia akhirat.

 

Malam semakin larut, saya terus kletak kletuk memencet keyboard diiringi Zahra yang lagi ngafalin ujung surat Luqman.Kafuur…syai’aa…ghoruur…, ghodaa…, khobiir…, shodaqallahul adziim. Semoga Allah panjangkan umur kita nak…jadilah penghafal pengamal dan penebar al-Qur’an.

 

(Saya sengaja kirim kepada Bapak-Ibu agar semakin semangat dan tak putus aja mendidik putra-putrinya, juga kepada calon bapak yang sedang mencari calon ibu kepada anak-anaknya agar dapat mencari calon ibu yang dapat menjadi al-ummu al-madrasah, serta bagi para calon ibu yang sedang menanti datangnya jodoh agar cepat mendapatkan calon bapak yang dapat mendidik seisi keluarga. Amiin.)

 

Oh ya, murotal al-Qur'an bacaan suami saya alunannya agak perlahan jadi sesuai untuk ingatan anak kecil, kalau ingin pakai boleh email saya untuk saya upload-kan, ataupun boleh pesan CD-nya. Semoga menjadi amal jariah kami sekeluarga, Encik Isa sekeluarga dan Lensa Film yang bersusah payah merekamnya serta AJK Al-Amin yang mengedarkannya. Amiin

  

Dewi Mar’atusshalihah & Masyhuri Mas’ud


Wassalamu 'alaikum Wr.Wb

Thank You
 
Dewi Maratusshalihah
+60133730733

p/s: kenapa tuan blog meminjam kisah pendidikan anak kali ini? Misteri...